basmalah
Minggu, 22 Desember 2013
Hubungan Menyusui Bayi sampai 2 tahun menurut Al-qur’an terhadap pertumbuhan dan perkembangan mulut dan rahang
Berikut video mekanisme menyusui dengan ASI yang mempengaruhi terbentuknya jaringan sekitar rongga mulut (seperti lengkung gigi, palatum/langit2, otot pipi, otot rahang)dan tumbuh kembang rahang yang normal :
http://www.youtube.com/watch?v=iZz_naKtOgs
Jumat, 19 April 2013
drg muda (koas) tanpa pasien, apa jadinya?
Alhamdulillah
perjalananku di FKG unand smakin menampakkan titik terang. Hehe :D Bukan
bermaksud slama ini serasa di kegelapan, tapi rasanya sangat bersyukur karena insyaAllah sebentar lagi akan menginjakkan kaki ke zona dokter gigi muda atau koas.. Smoga
Allah slalu memudahkan langkahku menuju koas.. Aamiiin ya Rabb..
Bicara
tentang dunia per-koas-an, ada satu kata yang sering diucapkan oleh dosenku,
yaitu "attitude" atau sikap atau etika. Sebagai calon
dokter gigi, kami harus mengutamakan attitude
dalam profesionalitas kerja, tidak hanya kepada teman sejawat dan “orang-orang
di atas”, namun juga kepada para pasien.
Bagaimana
tidak? Seorang koas atau dokter gigi muda bukanlah apa-apa tanpa pasien. Seorang
koas tidak akan bisa mendapatkan gelar “drg”nya tanpa pasien. Seorang koas harus
berterimakasih kepada para pasien yang telah memberikan kepercayaannya untuk
dirawat oleh seorang koas. Bahkan seorang pasien bisa memberikan banyak ilmu
kepada seorang koas, karena dengar-dengar
dari kakak senior ada pasien yang mengalami lebih dari satu kasus penyakit di
rongga mulutnya. Oleh karena itu, hukum pasien adalah kelinci percobaan bagi
koas tidaklah berlaku! Tidak sepatutnya seorang pasien diperlakukan hanya untuk
memenuhi nilai di koas.
Selaras
dengan “attitude” yang disampaikan para dosen, ada baiknya mengingat bahwa
sakit dan sehat diberikan oleh Allah, karena itu kita seharusnya meniatkan
merawat pasien karena Allah SWT. Terkadang hanya dengan memberikan perhatian
dan prilaku yang ramah dapat menghilangkan rasa sakit pasien walaupun belum
diberi obat dan belum diberi perawatan apapun. Dengan “attitude” akan menambah
kepercayaan pasien kepada sang dokter gigi muda. Dengan “attitude” akan
menambah profesionalitas seorang individu bahkan kelompok. Dan yang jelas
dengan “attitude” adalah salah satu ciri orang yang beriman :
عن
جابر قال : قال رسول الله صلى الله عليه وسلم : « المؤمن يألف ويؤلف ، ولا خير
فيمن لا يألف ، ولا يؤلف، وخير الناس أنفعهم للناس »
Diriwayatkan dari Jabir berkata,”Rasulullah saw bersabda,’Orang
beriman itu bersikap ramah dan tidak ada kebaikan bagi seorang yang tidak
bersikap ramah. Dan sebaik-baik manusia adalah orang yang paling bermanfaat
bagi manusia.” (HR. Thabrani dan Daruquthni)
Kagum
Kagum
adalah salah satu fitrah manusia. Menurut Kamus Besar Bahasa
Indonesia kata kagum berarti takjub, tercengang, sehingga menimbulkan sikap
positif seperti senang, gembira, dan memuji.
Tak
ada yang salah dengan rasa kagum, karena kita masing-masing berhak mengagumi
siapapun. Namun sayang, terkadang rasa kagum kita bersifat labil. Maaf, tanpa
bermaksud menyinggung siapapun. Pada masa penuh hiburan sekarang ini, banyak di
antara kita mengagumi orang-orang yang dianggap sebagai “idola masa kini”. Siapa
yang tidak tahu dengan idola-idola masa kini yang marak muncul di layar kaca? Siapa
yang tidak tahu akan ada konser idola 1, idola 2, idola 3 ke ibukota? Siapa yang
tidak tahu tanggal lahir idola 1, idola 2, idola 3nya? Bahkan mengetahui segala
aktivitas idolanya!
Sobat,
aku pun pernah begitu. Aku pun pernah merasakannya, sampai seorang sahabatku
berkata, “rasa kagum juga ada tempat dan batasnya,
karena sadar atau tidak, kita akan selalu
berusaha menyesuaikan diri kita dengan orang yang kita kagumi”.
Aku
pun mulai memutar otakku, mereplay
kembali hal-hal yang kulakukan demi “idola masa kini”ku yang lalu. Dulu aku slalu
meng-update berita “sang idola” dari situs yang bersangkutan dengannya, aku mendownload mp3 dan video yang berhubungan
dengannya, bahkan aku rela menyisihkan uang jajanku untuk membeli majalah
tentangnya. Dan ternyata benar bahwa tanpa ku sadari aku menirunya dalam semua
hal, aku mimikirkan segala tindak tanduk bahkan semua cara berpikirnya, dan aku
merasa seolah aku bagian darinya.
Sobat,
mungkin kita sadari atau tidak, kita akan memaksa diri mengetahui setiap hal
yang ada padanya, bahkan melebihi tahu kita terhadap sirah Rasulullah SAW.
Anas
bin Malik pernah ditanya Rasulullah, “apa yg telah kamu siapkan utk hari
kiamat?”, Anas menjawab, “Kecintaan kpd
Allah & Rasul-Nya”
Rasulullah
SAW menjawab, “sesungguhnya kamu bersama yg engkau cintai”. (HR.Muslim)
Subhanallah,
kecintaan dan kekaguman menghantarkan kita ke tempat yg sama. Lalu bagaimana
bila kita mengagumi seseorang yang tidak kita ketahui tindak-tanduk aslinya
seperti apa? Mungkin di layar kaca ia terlihat baik, tapi bagaimana keseharian aslinya di belakang kamera? Bagaimana bila kita mengagumi seseorang yg tidak kita ketahui dia shalat atau tidak?
Wallahu’alam
bisshawab
Oleh
karena itu, mari kita belajar untuk me-manage
rasa kagum kita. Belajar untuk membatasi kekaguman kita. Jangan sampai kita terlalu
kagum hingga meniru tindak-tanduk orang yang tidak tepat. Banyak hal yang bisa
dilakukan daripada menggunakan waktu untuk memikirkan orang yang kita kagumi
tanpa batas. Banyak tokoh yang dapat kita kagumi dan cintai yang dapat
menghantarkan kita kepada cinta Allah. Tentu saja termasuk Rasulullah SAW, para
sahabat Rasulullah, para tokoh pejuang islam, dsb.
Mohon maaf bila agak mnyinggung, anggap ini sebagai
instropeksi diri..
Kamis, 24 Januari 2013
Kepada Ayahku Tersayang
Ayah, bagaimana tidur ayah malam ini?
Smoga waktu istirahat ayah
membuat ayah smakin bugar, smakin sehat,,
Dan siap mjalani aktivitas besok
Melakukan pengabdian ayah untuk menjadi salah satu org yang
mencerdaskan bangsa ini,
Memberi nafkah dan menjadi pemimpin di keluarga kita yang
kecil ini..
Menjadi contoh yang baik bagi anak-anak ayah yang terkadang
tak menyadari bahwa ayah slalu memperhatikan kami, sperti perhatian ibu kepada
kami..
Ayah, tahukah ayah?
Beberapa hari yang lalu ayah dari salah seorang teman ku
meninggal dunia..
Innalillahi wa inna ilaihi raji’un..
Aku turut berduka atas kepergian seseorang yang telah membesarkan
anak yang shalehah sepertinya..
Saat itu aku membayangkan bagaimana bila ayah yang dipanggil
duluan oleh Allah?
Apakah aku siap menghadapi kenyataannya?
Apakah aku siap menjalani kehidupan tanpa ayah?
Jujur ayah, pada saat itu aku berpikir bahwa aku tidak
siap..
Aku belum siap bila ayah tidak lagi di sisi keluarga ini..
Masih banyak hal yang ingin aku lakukan dengan ayah..
Masih ada keinginan dalam hati ini untuk membanggakanmu..
Ayah, maafkan aku yang slama ini kurang mengerti..
Kenapa perhatian ayah tidak seperti perhatian ibu?
Kenapa ibu lebih mengerti dan lebih sering memenuhi keinginanku?
Tanpa aku sadari bahwa ternyata ayah slalu memikirkanku..
Bahwa banyak hal yang telah ayah persiapkan untukku..
Ayah, maafkan aku bila selama ini pernah membuatmu
tersinggung..
Pernah mengeluarkan nada bicara yang tidak sepatutnya..
Padahal ayah tak pernah bermaksud membuatku kecewa, apalagi
marah..
Maafkan anakmu yang nakal ini..
Maafkan anakmu ini yang egois dan kadang tak mengerti
kondisi orang tua..
Maafkan bila aku sering melupakan kelebihan ayah di balik
kekurangan ayah..
Ayah, terimakasih karena telah banyak mengajarkanku dalam
menjalani kehidupan..
Terimakasih telah mengajarkanku untuk tidak pernah
meninggalkan al-qur’an..
Senandung bacaan qur’anmu
saat ba’da maghrib slalu mengingatkanku bahwa usia bukanlah kendala untuk membaca
al-qur’an.. Bahkan di penerangan sulit sekalipun, ayah slalu berusaha untuk
membaca al-qur’an..
Terimakasih karena ayah telah menjadi pengingatku untuk
dekat dengan al-qur’an semenjak kecil..
Ayah, terimakasih karena telah mengajari kejujuran..
Ayah slalu bersikap jujur dan tidak mau “mengambil jatah”
saat menerima satu amanah..
Walau banyak bisikan untuk melakukannya, ayah tetap teguh
dengan pendirian ayah..
Ayah,terimakasih.. walaupun ribuan trimakasihku tidak akan
pernah cukup untuk membalas kebaikanmu..
Kepada semua teman-teman yang masih diberi kesempatan hidup
bersama orang tua,, jangan pernah
sia-siakan kebersamaanmu.. slalu hargai dan bersikap santun pada orang tuamu..
terkhusus kepada ayah kita, jangan bandingkan sikap ayah dengan ibu kita.. karena
beliau berdua tentu berbeda.. Wajar bila kedua orang tua kita memiliki sikap
dan solusi yang berbeda saat menghadapi masalah yang kita hadapi. Terlepas dari
perbedaan tersebut, beliau berdua sama. Kedua orang tua kita sama-sama
menyayangi kita dan menginginkan yang terbaik bagi kita. Dan kita harus selalu
ingat bahwa restu dan do’a orang tua adalah modal yang paling baik dan paling
menjamin untuk sukses dalam kehidupan.. InsyaAllah..
Langganan:
Postingan (Atom)