Kagum
adalah salah satu fitrah manusia. Menurut Kamus Besar Bahasa
Indonesia kata kagum berarti takjub, tercengang, sehingga menimbulkan sikap
positif seperti senang, gembira, dan memuji.
Tak
ada yang salah dengan rasa kagum, karena kita masing-masing berhak mengagumi
siapapun. Namun sayang, terkadang rasa kagum kita bersifat labil. Maaf, tanpa
bermaksud menyinggung siapapun. Pada masa penuh hiburan sekarang ini, banyak di
antara kita mengagumi orang-orang yang dianggap sebagai “idola masa kini”. Siapa
yang tidak tahu dengan idola-idola masa kini yang marak muncul di layar kaca? Siapa
yang tidak tahu akan ada konser idola 1, idola 2, idola 3 ke ibukota? Siapa yang
tidak tahu tanggal lahir idola 1, idola 2, idola 3nya? Bahkan mengetahui segala
aktivitas idolanya!
Sobat,
aku pun pernah begitu. Aku pun pernah merasakannya, sampai seorang sahabatku
berkata, “rasa kagum juga ada tempat dan batasnya,
karena sadar atau tidak, kita akan selalu
berusaha menyesuaikan diri kita dengan orang yang kita kagumi”.
Aku
pun mulai memutar otakku, mereplay
kembali hal-hal yang kulakukan demi “idola masa kini”ku yang lalu. Dulu aku slalu
meng-update berita “sang idola” dari situs yang bersangkutan dengannya, aku mendownload mp3 dan video yang berhubungan
dengannya, bahkan aku rela menyisihkan uang jajanku untuk membeli majalah
tentangnya. Dan ternyata benar bahwa tanpa ku sadari aku menirunya dalam semua
hal, aku mimikirkan segala tindak tanduk bahkan semua cara berpikirnya, dan aku
merasa seolah aku bagian darinya.
Sobat,
mungkin kita sadari atau tidak, kita akan memaksa diri mengetahui setiap hal
yang ada padanya, bahkan melebihi tahu kita terhadap sirah Rasulullah SAW.
Anas
bin Malik pernah ditanya Rasulullah, “apa yg telah kamu siapkan utk hari
kiamat?”, Anas menjawab, “Kecintaan kpd
Allah & Rasul-Nya”
Rasulullah
SAW menjawab, “sesungguhnya kamu bersama yg engkau cintai”. (HR.Muslim)
Subhanallah,
kecintaan dan kekaguman menghantarkan kita ke tempat yg sama. Lalu bagaimana
bila kita mengagumi seseorang yang tidak kita ketahui tindak-tanduk aslinya
seperti apa? Mungkin di layar kaca ia terlihat baik, tapi bagaimana keseharian aslinya di belakang kamera? Bagaimana bila kita mengagumi seseorang yg tidak kita ketahui dia shalat atau tidak?
Wallahu’alam
bisshawab
Oleh
karena itu, mari kita belajar untuk me-manage
rasa kagum kita. Belajar untuk membatasi kekaguman kita. Jangan sampai kita terlalu
kagum hingga meniru tindak-tanduk orang yang tidak tepat. Banyak hal yang bisa
dilakukan daripada menggunakan waktu untuk memikirkan orang yang kita kagumi
tanpa batas. Banyak tokoh yang dapat kita kagumi dan cintai yang dapat
menghantarkan kita kepada cinta Allah. Tentu saja termasuk Rasulullah SAW, para
sahabat Rasulullah, para tokoh pejuang islam, dsb.
Mohon maaf bila agak mnyinggung, anggap ini sebagai
instropeksi diri..
Tidak ada komentar:
Posting Komentar