Alhamdulillah
perjalananku di FKG unand smakin menampakkan titik terang. Hehe :D Bukan
bermaksud slama ini serasa di kegelapan, tapi rasanya sangat bersyukur karena insyaAllah sebentar lagi akan menginjakkan kaki ke zona dokter gigi muda atau koas.. Smoga
Allah slalu memudahkan langkahku menuju koas.. Aamiiin ya Rabb..
Bicara
tentang dunia per-koas-an, ada satu kata yang sering diucapkan oleh dosenku,
yaitu "attitude" atau sikap atau etika. Sebagai calon
dokter gigi, kami harus mengutamakan attitude
dalam profesionalitas kerja, tidak hanya kepada teman sejawat dan “orang-orang
di atas”, namun juga kepada para pasien.
Bagaimana
tidak? Seorang koas atau dokter gigi muda bukanlah apa-apa tanpa pasien. Seorang
koas tidak akan bisa mendapatkan gelar “drg”nya tanpa pasien. Seorang koas harus
berterimakasih kepada para pasien yang telah memberikan kepercayaannya untuk
dirawat oleh seorang koas. Bahkan seorang pasien bisa memberikan banyak ilmu
kepada seorang koas, karena dengar-dengar
dari kakak senior ada pasien yang mengalami lebih dari satu kasus penyakit di
rongga mulutnya. Oleh karena itu, hukum pasien adalah kelinci percobaan bagi
koas tidaklah berlaku! Tidak sepatutnya seorang pasien diperlakukan hanya untuk
memenuhi nilai di koas.
Selaras
dengan “attitude” yang disampaikan para dosen, ada baiknya mengingat bahwa
sakit dan sehat diberikan oleh Allah, karena itu kita seharusnya meniatkan
merawat pasien karena Allah SWT. Terkadang hanya dengan memberikan perhatian
dan prilaku yang ramah dapat menghilangkan rasa sakit pasien walaupun belum
diberi obat dan belum diberi perawatan apapun. Dengan “attitude” akan menambah
kepercayaan pasien kepada sang dokter gigi muda. Dengan “attitude” akan
menambah profesionalitas seorang individu bahkan kelompok. Dan yang jelas
dengan “attitude” adalah salah satu ciri orang yang beriman :
عن
جابر قال : قال رسول الله صلى الله عليه وسلم : « المؤمن يألف ويؤلف ، ولا خير
فيمن لا يألف ، ولا يؤلف، وخير الناس أنفعهم للناس »
Diriwayatkan dari Jabir berkata,”Rasulullah saw bersabda,’Orang
beriman itu bersikap ramah dan tidak ada kebaikan bagi seorang yang tidak
bersikap ramah. Dan sebaik-baik manusia adalah orang yang paling bermanfaat
bagi manusia.” (HR. Thabrani dan Daruquthni)