basmalah

Jumat, 19 April 2013

Kagum

Kagum adalah salah satu fitrah manusia. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia kata kagum berarti takjub, tercengang, sehingga menimbulkan sikap positif seperti senang, gembira, dan memuji.

Tak ada yang salah dengan rasa kagum, karena kita masing-masing berhak mengagumi siapapun. Namun sayang, terkadang rasa kagum kita bersifat labil. Maaf, tanpa bermaksud menyinggung siapapun. Pada masa penuh hiburan sekarang ini, banyak di antara kita mengagumi orang-orang yang dianggap sebagai “idola masa kini”. Siapa yang tidak tahu dengan idola-idola masa kini yang marak muncul di layar kaca? Siapa yang tidak tahu akan ada konser idola 1, idola 2, idola 3 ke ibukota? Siapa yang tidak tahu tanggal lahir idola 1, idola 2, idola 3nya? Bahkan mengetahui segala aktivitas idolanya!

Sobat, aku pun pernah begitu. Aku pun pernah merasakannya, sampai seorang sahabatku berkata, “rasa kagum juga ada tempat dan batasnya, karena sadar atau tidak, kita akan selalu berusaha menyesuaikan diri kita dengan orang yang kita kagumi”.

Aku pun mulai memutar otakku, mereplay kembali hal-hal yang kulakukan demi “idola masa kini”ku yang lalu. Dulu aku slalu meng-update berita “sang idola” dari situs yang bersangkutan dengannya, aku mendownload mp3 dan video yang berhubungan dengannya, bahkan aku rela menyisihkan uang jajanku untuk membeli majalah tentangnya. Dan ternyata benar bahwa tanpa ku sadari aku menirunya dalam semua hal, aku mimikirkan segala tindak tanduk bahkan semua cara berpikirnya, dan aku merasa seolah aku bagian darinya.

Sobat, mungkin kita sadari atau tidak, kita akan memaksa diri mengetahui setiap hal yang ada padanya, bahkan melebihi tahu kita terhadap sirah Rasulullah SAW.

Anas bin Malik pernah ditanya Rasulullah, “apa yg telah kamu siapkan utk hari kiamat?”,  Anas menjawab, “Kecintaan kpd Allah & Rasul-Nya”

Rasulullah SAW menjawab, “sesungguhnya kamu bersama yg engkau cintai”. (HR.Muslim)

Subhanallah, kecintaan dan kekaguman menghantarkan kita ke tempat yg sama. Lalu bagaimana bila kita mengagumi seseorang yang tidak kita ketahui tindak-tanduk aslinya seperti apa? Mungkin di layar kaca ia terlihat baik, tapi bagaimana keseharian aslinya di belakang kamera? Bagaimana bila kita mengagumi seseorang yg tidak kita ketahui dia shalat atau tidak?

Wallahu’alam bisshawab

Oleh karena itu, mari kita belajar untuk me-manage rasa kagum kita. Belajar untuk membatasi kekaguman kita. Jangan sampai kita terlalu kagum hingga meniru tindak-tanduk orang yang tidak tepat. Banyak hal yang bisa dilakukan daripada menggunakan waktu untuk memikirkan orang yang kita kagumi tanpa batas. Banyak tokoh yang dapat kita kagumi dan cintai yang dapat menghantarkan kita kepada cinta Allah. Tentu saja termasuk Rasulullah SAW, para sahabat Rasulullah, para tokoh pejuang islam, dsb.


Mohon maaf bila agak mnyinggung, anggap ini sebagai instropeksi diri..

Tidak ada komentar:

Posting Komentar